PENDEKATAN REALITAS

Pandangan tentang manusia

Menurut Glesser, setiap individu memiliki kebutuhan psikologis yang secara konstan hadir sepanjang rentang kehidupan dan harus dipenuhi, dan individu mengalami permasalahan psikologis karena individu terhambat dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya seperti cinta, kekuasaan, kesenangan dan kebebasan. Keterhambatan pemenuhan kebutuhan psikologis pada dasarnya karena penyangkalan terhadap realitas, yaitu kecenderungan seseorang untuk menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan.

Konsep dasar

Terapi Realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling dipentingkan adalah bagaimana konseli dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang. Pertimbangan nilai dan tanggung jawab moral ditekankan lebih ditekankan dalam pendekatan ini.

Dalam pendekatan realitas, penerimaan terhadap realita dapat dicapai dengan melakukan sesuatu yang realistis (reality), bertanggungjawab (responsibility) dan benar (right) yang dikenal dengan konsep 3R yaitu :

  1. Responsibility (tanggung jawab) adalah kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus merugikan orang lain.
  2. Reality (kenyataan) adalah yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi kebutuhanya.
  3. Right (kebenaran) merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga tingkah laku dapat diperbandingkan.

Ciri-ciri konseling realitas

  1. Menolak adanya konsep sakit mental pada setiap individu, tetapi yang ada adalah perilaku tidak bertanggungjawab tetapi masih dalam taraf mental yang sehat.
  2. Berfokus pada perilaku nyata guna mencapai tujuan yang akan datang penuh optimisme.
  3. Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku yang sekarang yang mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan. Perilaku masa lampau tidak bisa diubah tetapi diterima apa adanya, sebagai pengalaman yang berharga.
  4. Tidak menegaskan transfer dalam rangka usaha mencari kesuksesan. Konselor dalam memberikan pertolongan mencarikan alternatif-alternatif yang dapat diwujudkan dalam perilaku nyata dari berbagai problema yang dihadapi oleh konseli.
  5. Menekankan aspek kesadaran dari konseli yang harus dinyatakan dalam perilaku tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli . Tanggung jawab dan perilaku nyata yang harus diwujudkan konseli adalah sesuatu yang bernilai dan bermakna dan disadarinya.
  6. Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu yang mengalami kegagalan. Tetapi yang ada sebagai ganti hukuman adalah menanamkan disiplin yang disadari maknanya dan dapat diwujudkan dalam perilaku nyata.
  7. Menekankan konsep tanggung jawab agar konseli dapat berguna bagi dirinya dan bagi orang lain melalui perwujudan perilaku nyata.

Tahap-tahap konseling

Tahap 1 : konselor menunjukan keterlibatan dengan konseli (be friend).

Tahap 2 : fokus pada perilaku sekarang.

Tahap 3 : mengeksplorasi total behavior konseli.

Tahap 4 : konseli menilai diri sendiri atau melakukan evaluasi.

Tahap 5 : merencanakan tindakan yang bertanggung jawab.

Tahap 6 : membuat komitmen.

Tahap 7 : tidak menerima permintaan maaf atau alasan konseli.

Tahap 8 : tindak lanjut.

Tujuan konseling

  • Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
  • Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
  • Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
  • Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.

Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.

 

Tekhnik-tekhnik dalam konseling realitas :

  • Melakukan permainan peran dengan konseli.
  • Menggunakan humor.
  • Mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
  • Tidak menerima alasan-alasan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab.
  • Berperan sebagai model dan guru.
  • Menentukan struktur dan batasan-batasan pertemuan konseling.
  • Melibatkan diri dalam perjuangan konseli mencari hidup yang efektif.
  • Mengkonfrontasikan tingkah laku konselin yang tidak realitas.
  • Memberikan pekerjaan rumah untuk dilakasakan konseli pada waktu antara pertemuan satu dengan lainya.
  • Meminta konseli membacakan artikel atau bacaan tertentu yang relevan dengan masalah yang dihadapinya.
  • Membuat kesepakatan sebagai kontrak antara konselor dan konseli.
  • Memberikan  tekanan tentang pentingnya tanggung jawab konseli dalam membuat pilihan perilakunya dalam mencapai keinginanya.
  • Debat konstruktif
  • Dukungan terhadap pelaksanaan rencana konseli.
  • Pengungkapan diri konselor dalam proses konseling.

Peran dan fungsi konselor

Peran konselor dalam pendekatan yaitu melibatkan diri dengan konseli, bersikap direktif dan didaktif, yaitu berperan seperti guru yang mengarahkan dan dapat saja mengkonfrontasi, sehingga konseli mampu menghadapi kenyataan. Konselor sebagai fasilitator agar bisa melihat tingkah lakunya sendiri secara realitas.

Leave a comment