PENDEKATAN BEHAVIORAL

Pandangan tentang manusia

Pendekatan behavioral berpandangan bahwa setipa tingkah laku dapat dipelajari melalui kematangan dan belajar. Tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru. Manusia dipandang mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri, dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan dapat belajar tingkahlaku baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang lain.

Konsep dasar

Pendekatan behavioral didasarkan pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yaitu pendekatan yang sistematik dan terstruktur dalam konseling. Konseling behavior juga dikenal sebagai modifikasi perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan untuk mengubah tingkah laku. Terapi ini berfokus pada perilaku yang tampak dan spesifik. Dalam konseling, konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptif, memperkuat serta mampertahankan perilaku yang diinginkan dan membentuk pola tingkah laku dengan memberikan imbalan atau reinforcement muncul setelah tingkah laku dilakukan. Ciri unik dari terapi ini adalah lebih berkonsentrasi pada proses tingkah laku yang teramati dan spesifik, fokus pada tingkah laku kini dan sekarang.

Tujuan konseling

  • Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.
  • Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif.
  • Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari.
  • Membantu konseli membuang respons-respons yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respons-respons yang baru yang lebih sehat dan sesuai.
  • Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku maladaptif dan memperkuat perilaku yang diinginkan.
  • Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konselin dan konselor.

Peran dan fungsi konselor

Konselor berperan aktif, direktif, dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi dari persoalan individu.

Tahap-tahap konseling

Tingkah laku yang bermasalahdalam konseling behavioral adalah tingkah laku yang berlebihan (excessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Konseling tingkah laku memiliki 4 tahanp yaitu :

  1. Melakukan asesmen (assesment)

Bertujuan untuk menentukan apa yang dilakukan oleh konseli pada saat ini, berhubungan dengan aktivitas nyata, perasaan, dan pokiran konseli. Kanfer dan Saslow terdapat 7 informasi yang dapat digali:

  • Analisis tingkah laku bermasalah yang dialami saat ini (tingkah laku khusus).
  • Analisis situasi didalam masalah konseli terjadi (analisis tingkah laku sebelumnya yang menghubungkan dengan masalah saat ini).
  • Analisis motivasional.
  • Analisis self control.
  • Analisis hubungan sosial.
  • Analisis lingkungan fisik-sosial budaya.

Dalam kegiatan asesment ini konselor melakukan analisis ABC

A= antecendent (pencetus perilaku).

B= behavior (perilaku yang dipermasalahkan, seperti: tipe tingkah laku, frekuensi tingkah laku, durasi tingkah laku, intensitas tingkah laku).

C= consequence (akibat perilaku tersebut).

  1. Goal setting (menetapkan)

Konselor dan konseli menentukan tujuan konseling sesuai dengan kesepakatan bersama berdasarkan informasi yang telah disusun dan dianalisis. Burks dan Engelkes mengemukakan goal setting atas 3 langkah yaitu:

  • Membantu konseli untuk memandang masalahnya atas tujuan yang diinginkan.
  • Memperhatikan tujuan konseli berdasarkan kemungkinan hambatan situasional tujuan belajar dapat diterima dan diukur.
  • Memecahkan tujuan ke dalam sub-tujuan dan menyusun tujuan menjadi susunan yang berurutan.
  1. Implementasi teknik(technique implementation)

Setelah tujuan konseling dirumuskan, konselor dan konseli menentukan strategi yang tepat untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Dalam implementasi teknik konselor membandingkan perubahan tingkah laku antara data dengan data intervensi.

  1. Evaluasi dan pengakhiran (evaluation-termination)

Evalusi dibuat atas dasar apa yang konseli perbuat. Tingkah laku konseli digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan. Terminasi lebih dari sekedar mengakhiri konseling. Terminasi meliputi :

  • Menguji apa yang konseli lakukan terakhir.
  • Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling bertambah.
  • Membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling ke tingkah laku konseli.
  • Memberi jalan untuk memantau secara terus menerus tingkah laku konseli.

Teknik-teknik konseling behavior

  1. Penguatan positif (positive reinforcement)

Penguatan positif adalah memberikan penguatan yang menyenangkan (berupa hadiah, pujian dll) setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan, tujuannya agar tingkah laku yang diinginkan akan diulang, meningkat dan menetap.

Prinsip penerapan penguatan positif :

  1. Penguatan positif bergantung pada penampilan tingkah laku yang diinginkan.
  2. Penguatan diberikan setelah tingkah laku terbentuk.
  3. Tahap awal, penguatan dilakukan setelah tingkah laku dilakukan. Berangsur hingga tingkah laku terbentuk matang tanpa penguatan kembali.
  4. Tahap awal, penguatan sosial diikuti dengan penguatan berbentuk benda.

Langkah pemberian penguatan :

  1. Mengumpulkan informasi dengan analisis ABC (antecedent, behavior and consequen).
  2. Memilih tingkah laku target yang ingin ditingkatkan.
  3. Menetapkan data awal (baseline) perilaku awal.
  4. Menentukan reinforcement yang bermakna.
  5. Menetapkan jadwal pemberian reinforcement.
  6. Penerapan reinforcement positif.

Hubungan penguatan (reinforcement) dan tingkah laku :

  1. Reinforcement diikuti oleh tingkah laku.
  2. Tingkah laku yang diharapkan harus diberi reinforcement segera setelah ditampilkan.
  3. Reinforcement harus sesuai dan bermakna bagi individu maupun kelompok.
  4. Pujian atau hadiah yang kecil tapi banyak lebih efektif dari pada besar tetapi sedikit.
  1. Kartu berharga (token economy)

Startegi menghindari pemberian reinforcement secara langsung. Tujuanya untuk mengembangkan perilaku adaptif melalui pemberian reinforcement dengan token. Ketika tingkah laku yang diinginkan telah menetap, pemberian token dikurangi secara bertahap (corey, 1986,p.185).

Langkah-langkah penerapan token economy :

  1. Membuat analisis ABC
  2. Menetapkan target perilaku yang akan dicapai bersama konseli.
  3. Penetapan besaran harga atau point token yang sesuai dengan perilaku target.
  4. Penetapan saat kapan token diberi kepada konseli.
  5. Memilih reinforcement yang sesuai bersama konseli.
  6. Memilih tipe token yang akan digunakan.
  7. Mengidentifikasi pihak yang terlibat dalam program sekolah.
  8. Menetapkan jumlah dan frekuensi penukaran token.
  9. Membuat pedoman pelaksanaan token economy.
  10. Pedoman diberikan kepada konseli dan staf.
  11. Melakukan monitoring.
  1. Pembentukan (shaping).

Pembentukan tingkah laku baru yang sebelumnya belum ditampilkan dengan memberikan reinforcement secara sisematik dan langsung setiap kali tingkah laku ditampilkan. Langkah-langkah penerapan shaping :

  1. Membuat analisis ABC
  2. Menetapkan target perilaku yang spesifik yang akan dicapai konseli.
  3. Tentukan bersama jenis reinforcement positif yang akan digunakan.
  4. Membuat perencanaan dengan membuat tahapan pencapaian perilaku dari awal-akhir.
  5. Perencanaan dapat dimodifikasi selama shaping berlangsung.
  6. Penetapan waktu reinforcement pada setiap tahap program.

Penerapan perencanaan shaping:

–          Konseli harus diberitahu sebelun rencana dilaksanakan.

–          Beri penguatan segera pasa awal perilaku.

–          Jangan lanjut tahap selanjutnya sebelum berhasil.

–          Jika belum yakin pada perilaku konseli, dapat digunakan aturan; perpindahan tahap bila sudah benar 6 dari 10 percobaan.

–          Jangan terlalu sering memberi penguatan pada satu tahap, dan tidak memberikan penguatan untuk selanjutnya.

–          Kalau konseli berhenti bekerja, maka konselor dapat berpindah cepat ketahap berikutnya.

–          Cek efektivitas penguatan.

  1. Pembuatan kontrak.

Teknik mengatur kondisi sehingga konseli menampilkan tingkah laku yang diinginkan berdasarkan kontrak konseli dengan konselor.

Prinsip dasar kontrak:

  1. Kontrak disertai dengan penguatan.
  2. Reinforcement diberikan dengan segera.
  3. Kontrak harus dinegosiasikan secara terbuka dan bebas serta disepakati antara konseli dengan konselor.
  4. Kontrak harus fair.
  5. Kontrak harus jelas (target tingkah laku, frekuensi, lamanya kontrak).
  6. Kontrak dilaksanakan sesuai dengan program sekolah.

Langkah pembuatan konstrak :

  1. Analisis ABC dengan pilihan tingkah laku yang akan diubah.
  2. Tentukan data awal (baseline data)/ tingkah laku yang akan diubah.
  3. Tentukan jenis penguatan yang akan diterapkan.
  4. Reinforcement setiap kali tingkah laku yang diinginkan ditampilkan sesuai jadwal.
  5. Berikan penguatan setiap saat tingkah laku yang ditampilkan menetap.
  1. Modeling (penokohan).

Modeling adalah teknik mengubah perilaku lama dengan cara meniru tigkah laku model yang tidak diterima sosial akan memperkuat atau memperlemah tingkah laku bergantung pada tingkah laku model itu dihukum. Kasus yang diterapi modeling adalah penderita fobia, ketergantungan obat-obatan, alkohol, gangguan kepribadian berat psikokis, kesulitan anak adaptasi disekolah, takut sekolah.

Prinsip-prinsip modeling :

  1. Belajar bisa diperoleh melalui pengalaman langsung atau tidak langsung.
  2. Kecakapan sosial bisa mengamati dan mencontoh model yang ada.
  3. Reaksi emosional yang terganggu bisa dihapuskan dengan mengamati orang lain yang mendekati objek yang ditakuti tanpa mengalami akibat menakutkan dengan tindakan yang dilakukan.
  4. Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman.
  5. Status kehormatan model sangat berarti.
  6. Individu mengamati fans nya.
  7. Prosedur modeling dapat menggunakan berbagai teknik dasar modifikasi perilaku.

Macam-macam penokohan :

  • Penokohan nyata (live model) ex: terapis, guru, atau seseorang yang dikagumi, orang tua.
  • Penokohan simbolik (symbolik model) ex: tokoh yang dilihat melalui film, video atau media lainya.
  • Penokohan ganda (multiple model).

Langakah-langkah :

  1. Menetapkan bentuk penokohan.
  2. Pada live model, pilih teman sebaya konseli berdasarkan umur, status ekonomi, penampilan fisik.
  3. Bila mungkin gunakan lebih dari satu model.
  4. Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan tingkat perilaku konseli.
  5. Kombinasi modeling dengan aturan, instruksi, behavior rehearsal, dan penguatan.
  6. Saat konseli memperhatikan tokoh berikan penguatan alamiah.
  7. Buat desain pelatihan konseli meniru model secara tepat.
  8. Bila perilaku bersifat kompleks maka modeling dilakukan dari yang paling mudah ke yang lebih sulit.
  9. Melakukan pemodelan dimana tokoh menunjukan pperilaku yang menimbulkan rasa takut bagi konseli.
  1. Penghapusan (extinction).

Teknik menghentikan reinforcement pada tingkah laku yang sebelumnya diberi reinforcement.

Langkah-langkah :

  1. Menentukan tingkah laku dengan analisis ABC.
  2. Bila tingkah laku dilakukan sebaiknya guru atau orang tua berpura-pura tidak mengetahu hal tersebut.
  3. Ectinction akan lebih kuat bila dikombinasikan dengan teknik penguatan positif.
  1. Pembanjiran( flooding)

Pembanjiran harus dmilakukan dengan hati-hati karena mungkin akan terjadi reaksi emosi sangat tinggi. Tujuanya untuk menurunkan tingkat rasa takut yang ditimbulka, dengan menggunakan stimulus yang dikondisikan (condisioning stimulus) yang dimunculkan secara berulang-ulang sehingga terjadi penurunan tanpa memberi penguatan.

Langkah-langkah :

  1. Pencarian stimulus yang memicu gejala.
  2. Menafsirkan bagaimana gejala-gejala berkaitan dan bagaimana gejala membentuk perilaku konseling.
  3. Meminta konseling membayangkan sejelas-jelasnya apa yang dijabarkan tanpa disertai celaan atas kepantasan situasi yang dihadapi.
  4. Bergerak semakin dekat dengan ketakutan yang paling ditakuti konseli, meminta konseli agar membayangkan apa yang paling ingin dihindari.
  5. Mengulang prosedur sampai kecemasan tidak muncul lagi dalam diri konseli.
  1. Penjenuhan (satiation).

Teknik membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku sehingga tidak lagi bersedia melakukanya. Menurunkan atau menghindari tingkah laku yang tidak diinginkan dengan memberikan reinforcement yang semakin banyak dan terus menerus, sehingga individu merasa puas dan tidak akanmelakukan tingkah laku yang tidak diinginkanya lagi.

  1. Hukuman (punishment)

Efek samping emosional pemberian hukuman :

  • Tingkah laku yang diinginkan hanya ditekankan saat ada hukuman.
  • Jika tingkah laku alternatif tidak muncul, konseli akan menarik diri.
  • Pengaruh hukuman bisa jadi digeneralisasikan pada tingkah laku lain yang berhubungan dengan tingkah laku yang dihukum.
  1. Terapi aversi

Teknik yang bertujuan untuk meredakan gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculanya.

Beberapa point penting yang harus diperhatikan :

  • Hukuman jangan sering digunakan meskipun konseli menginginkanya.
  • Bila menggunaka hukuman perumusan tingkah laku alternatif harus spesifik dan jelas.
  • Hukuman digunakan dengan cara-cara yang tidak mengakibatkan konseli merasa ditolak sebagai pribadi.
  • Konseli harus tahu bahwa konsekuensi aversif diasosiasikan dengan tingkah laku maladaptif spesifik.
  1. Disensitisasi sistematis

Digunakan untuk menghapus rasa cemas dan tingkah laku menghindar.melatih konseli santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau divisualisasi.

Langkah-langkah terapi ini adalah  :

  • Analisis tingkah laku yang membangkitkan kecemasan.
  • Menyusun tingkat kecemasan.
  • Membuat daftar situasi yang memunculkan kecemasan.
  • Melatih relaksasi konseli.
  • Pelaksanaan desentralisasi konseli dalam santai dan mata tertutup.
  • Meminta konseli untuk membayangkan sesuatu yang menyenangkan dalam hidupnya.
  • Dilakukan terus menerus hingga muncul rasa kecemasan dan dihentikan.
  • Dilakukan relaksasi kembali hingga konseli santai.
  • Terapi selesai jika konseli mampu tetap santai ketika membayangkan situasi yang membuatnya tegang dan gelisah.

Cocok untuk kasus fobia, takut ujian, impotensi, friditas, kecemasan neurotik, kekuatan yang digeneralisasikan

Leave a comment